Apricot akhirnya merilis mini album ke dua mereka yang berjudul “Suara yang bercerita”, ini juga menjadi mini album perdana untuk formasi apricot yang ke tiga. Sebelumnya Apricot juga merilis dua single mereka yang “Fiksi” dan “Sirna” dua single yang menjadi pemanasan sebelum merilis mini albumnya. Mini album yang berisikan lima materi baru dan satu lagu yang di rekam kembali dari mini album sebelumnya “What We Do”.

Menceritakan tentang sebuah fenomena asmara yang sedang terjadi di era sekarang, “Suara yang bercerita” mini album ini menjadikan pengalam pribadi personil Apricot sebagai fokus utama untuk membuat materi. Di buka dengan koor di lagu yang berjudul “Suara” yang menggambarkan  bagaimana sebuah sebuah perpisahan yang indah. Menurut bassis “Pi’i” Luthfi, “Fiksi” menjadi lagu yang mudah untuk di mainkan di bandingkan lagu yang lain, “Lalu lantas” menjadi lagu yang di pilih untuk di rekam kembali. Di lagu “Sirna” ini  Apricot bermain dengan konsep yang lebih ringan namun tetap energik, dengan nuansa vokal yang lebih banyak.

Semua materi yang ada di album ini di angkat dari pengalaman pribadi personil Apricot, menurut kami ada satu lagu yang bertolak belakang dengan judulnya “Asmara” memiliki lirik yang bertolak belakang dengan judulnya, “di lagu ini kami menceritakan bagaimana situasi sebuah hubungan yang tidak memiliki kepastian” tutur gitaris “kiteng” Rizky siagian. “Realita” menjadi track penutup di album ini dan sekaligus menjadi lagu paling lembut dari lagu yang lain.

Bekerja sama dengan Brokenstring record dalam pengerjaan mini album “Suara yang bercerita”, selama sesi rekaman Apricot banyak di bantu oleh Aji dari Shadowplay prihal aransemen, eksperimen, maupun kesempurnaan tata suara yang tersaji, Serta menjadi orang yang memegang kendali penuh untuk finishing di mini album ini. Album ini menjadi warna baru dalam musik Apricot, dan arah musik baru untuk menemukan orisinalitas karya mereka.